Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buruknya Pelayanan Kesehatan RSSA Lubuk Linggau, Sekretaris LSM PPD Fauzan Pinta Pemkot Bersikap Tegas

Lubuk Linggau, targetsumsel.com Pelayanan Rumah Sakit Siti Aisyah (RSSA) Kota Lubuk Linggau dinilai buruk. Akibatnya banyak pasien tidak mendapatkan pelayanan medis yang optimal. "Banyak pasien yang mengeluhkan tindakan dan pelayanan medis, "ujar Sekretaris LSM Pemerhati Pembangunan Daerah (PPD) Fauzan Hakim,S.Ag.,kepada target Sumsel Sabtu, (01/10).


Hal itu menyusul banyaknya laporan atau pengaduan warga serta keluhan dari masyarakat terkait pelayanan kesehatan RSSA Kota LubukLinggau yang akhir-akhir ini diduga bermasalah.


"Anak saya pernah berobat di RSSA. Dalam pelayanan yang dirasakan rendah dan kurang baik, berbeda dari sebelumnya."kata Fauzan menirukan ungkapan seorang PNS Kota Lubuklinggau inisial E yang pernah melakukan pengobatan anaknya di rumah sakit tersebut.


Buruknya pelayanan RSSA juga dirasakan oleh Fauzan dan keluarganya. Hal itu diketahui ketika ia mengobati anaknya yang terkena DBD. Pelayanan dan tindakan oknum pelayanan medis rumah sakit pemerintah ini terkesan bertele disetiap menangani pasien. Dari lamanya waktu proses pendaftaran hingga tindakan medis lainnya. Hal itu terkadang menjadi memicu kemarahan keluarga pasien."Kita bertanya mereka kurang senang, kita diam mereka suruh bertanya," begitulah yang dialami Fauzan selama perawatan di rumah sakit.


Tak hanya itu sikap arogansi dan cara bicara oknum Sekretaris inisial DS, juga dialami Fauzan saat ia mempertanyakan alasan lambannya penanganan oleh pihak Rumah sakit.


Diceritakannya pihak rumah sakit Siti Aisyah mulai dari oknum pegawai, oknum dokter dan oknum perawat diduga abai dan bertele dalam melakukan tindakan medis dari awal hingga kepulangan pasien. Sikap arogansi dan cuek terlihat ketika mereka menanggapi setiap keluhan pasien dan keluarga. Mereka juga sering mengulur waktu ketika melayani permintaan pasien,Terang Fauzan merasa heran.


Selain itu lanjut Fauzan buruk serta rendahnya kualitas pelayanan juga terlihat dari sedikitnya kunjungan dokter pada pasien rawat inap, serta lamanya pelayanan oleh tenaga kesehatan (apoteker dan petugas laboratorium). Keluhan pasien juga dirasakan dari kurangnya penyediaan obat terhadap penyakit yang diderita pasien.

Dari tindakan oknum dokter dan oknum perawat yang melakukan pemberian obat pada pasien diduga tidak sesuai dengan macam jenis penyakit yang diderita pasien juga menjadi persoalan yang mesti dijawab oleh pihak rumah sakit atau pihak yang berwenang.


Ia mencontohkan ketika melakukan pengobatan. Dari keterangan dokter diketahui anaknya terkena DBD, hingga demam panas dan penyakit sering muntah. Dari tindakan medis yang dirasakan pasien hanya diberikan obat DBD dan obat turun panas saja. Sementara pemberian obat penahan muntah sama sekali tidak dilakukan. Hal ini dapat dibuktikan dari keluhan yang dirasakan anaknya sejak dari awal perawatan hingga dianggap selesai oleh dokter secara terus menerus mengalami muntah-muntah dan susah makan.


Penyakit yang dialami pasien yang sulit mengkonsumsi makanan dan sering muntah baru bisa dihentikan setelah dilakukan pengobatan di luar RSSA. Ini juga menjadi persoalan,katanya.


Persoalan lain yang dialaminya ialah rumitnya birokrasi administrasi, bertele serta mahalnya harga obat menambah daftar dari keluhan dari beberapa keluarga pasien.


Hal itu dirasakan Fauzan ketika meminta surat keterangan sakit dari Dokter. Begitu sulit dan menghabiskan waktu berjam-jam lamanya. Padahal hanya sekedar meminta tanda tangan. Oknum pegawai dan perawat terkesan lamban, seolah tak perduli dan abai terhadap keluarga pasien.


"Permohonan saya ajukan pagi sekira pukul 08:00 WIB, surat keterangan itu baru diserahkan pada jam 17:00 WIB, Ini jelas merugikan," ujar Fauzan.


Pihak rumah sakit beralasan surat keterangan tersebut belum bisa diberikan karena harus menunggu dokter. "Hal seperti ini sangat tidak masuk akal dan tentu merugikan karena menghambat urusan,"sesalnya.


Atas permasalahan tersebut, maka ia meminta pihak terkait dalam hal ini Wali Kota LubukLinggau untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja dan pelayanan RSSA yang diduga tidak sesuai Standar Pelayanan dalam menjalankan tugas dan dalam melakukan tindakan medis. Selain iti ia juga menyarankan pada pihak badan pemeriksa atau inspektur pengawasan melakukan evaluasi sekalian audit terkait penggunaan serta pengelolaan keuangan oleh pihak rumah sakit.


"Saya minta pihak terkait dalam hal ini Bapak Wali kota LubukLinggau yang baru selesai dilantik sebagai Pj.,melalui jajarannya tanggap dalam persoalan ini. Jangan terkesan abai. Sehingga kesan buruk terhadap pihak Rumah sakit tidak lagi terjadi,"ungkap Fauzan.


Lebih lanjut Fauzan menyarankan, masyarakat patut mempertanyakan terkait pengelolaan keuangan atau penganggaran oleh pihak RSSA. Pasalnya boleh jadi rendah dan buruknya kualitas pelayanan bisa disebakan oleh perilaku buruk pimpinan yang diduga tidak transparan dalam mengelolah keuangan atau menyalahgunakan anggaran yang boleh jadi diduga bermasalah. Karena itu perlu dilakukan audit.


"RSSA harus dilakukan audit, mengingat kualitas pelayanan bisa saja berpengaruh dari cara mengelolah anggaran yang boleh jadi diduga tidak transparan. Cara yang paling tepat adalah lakukan audit terhadap RSSA,"pintanya.


Kepala Rumah Sakit Siti Aisyah, Dr.Dwiana Soedijono, Sabtu (30/10), ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon selular mengenai perihal tersebut, belum memberikan tanggapan. Kendati secara berulang dilakukan pemanggilan masih belum juga menjawab padahal nomor handphone yang dihubungi aktif. (Red.h)

Posting Komentar untuk "Buruknya Pelayanan Kesehatan RSSA Lubuk Linggau, Sekretaris LSM PPD Fauzan Pinta Pemkot Bersikap Tegas"